Home / PUISI

Senin, 7 Maret 2022 - 00:34 WIB

Nyanyian cinta Jalaluddin Rumi

Gambar Ilustrasi. By: Canva

Gambar Ilustrasi. By: Canva

Nyanyian cinta Jalaluddin Rumi

Mana yang lebi berharga

Kerumunan beribu orang atau kesendirian sejatimu?

Kebebasan atau kuasa atas seluruh negeri?

Sejenak, sendiri dalam bilikmu akan terbukti lebih berharga dari pada segala hal lain yang mungkin kau terima

Oh Tuhan

Telah kutemukan cinta

Betapa menakjubkan, betapa hebat, betapa indahnya!..

Kuhanturkan puja-puji bagi gairah yang bangkit

Dan menghiasi alam semesta ini maupun segala yang ada di dalamnya!

Ketika engkau merasa bergairah cari tahu sebabnya

Itulah tamu yang takkan pernah kau selami dua kali

Adakalanya dengan tujuan menolong

Dia membuat kita sengsara tapi kepiluan hati demi Dia

Membawa kebahagiaan

Senyum akan datang, sesudah air mata

Siapa paun yang meramalkan ini adalah hamba yang diberkati Tuhan

Dimana pun air mengalir, hidup akan makmur

Dimana pun air mata berderai, Rahmat Ilahi diperlihatkan

Pilihlah cinta.

Ya, cinta!

Tanpa manisnya cinta, hidup ini adalah beban

Tentu engkau telah merasakannya hati yang kacau

Tak dapatkan kesenangan hidup dalam kebohongan.

Air dan minyak tak dapat menyalakan cahaya.

Hanya perkataan yang benar membawa kesenangan hidup

Kebenaran adalah umpan yang sangat memikat hati

Pergilah ke pangkuan Tuhan,

Dan, Tuhan akan memelukmu dan menciummu, dan menunjukkan

Bahwa Dia tidak akan membiarkanmu lari dari Nya

Ia akan menyimpan hatimu dalam hati Nya

Siang dan malam

Kesabaranmu mati pada malam ketika Cinta lahir!

Dari anggur cinta, tuhan menciptakanku!

Barangsiapa menjadi mangsa cinta, mana mungkin dia menjadi mangsa sang maut?

Hari perpisahan lebih panjang dari pada Hari Kebangkitan

Dan, maut lebih cantik daripada derita perpisahan

Aku boleh mati, tetapi gairahku kepada-Mu takkan pernah mati

Telah kupalingkan hatiku dari dunia dan segala kesenangannya

Kau dan hatiku bukanlah dua wujud yang berpisah

Dan, tak pernah kelopak mataku menutup di dalam lelap

Kecuali kutemukan Kau antara mata dan bulu mataku

Mereka tahu pasti bahwa aku sedang jatuh cinta

Tetapi mereka tak tahu siapa yang kucintai


Hatiku mencintaimu sepanjang hidupku, dan ketika aku mati

Maka tulang-tulangku, kendati hancur, mencintai Mu dalam debu

Hari ini aku lupa sembahyang karena cintaku yang meluap-luap

Dan aku tak tahu lagi pagi atau malamkah sekarang

Karena ingatak kepada Mu, wahai Tuhan, adalah makanan dan minumanku

Dan, wajah-Mu, saat aku melihat-Nya, adalah obat penderitaanku

Aku adalah Dia yang kucintai dan


Dia yang kucintai adalah aku.

Oleh: Jalaluddin Rumi

Share :

Baca Juga

Puisi Wiji Thukul Tanah

PUISI

Puisi Wiji Thukul Tanah
Puisi Jalaluddin Rumi Cinta : lautan Tak Bertepi

PUISI

Puisi Jalaluddin Rumi Cinta : lautan Tak Bertepi
Kita Perna Saling Dekat Dan Menjauh

PUISI

Kita Perna Saling Dekat Dan Menjauh
Puisi WS Rendra Sajak Pertemuan Mahasiswa

PUISI

Puisi WS Rendra Sajak Pertemuan Mahasiswa
Menunggu Kabar Yang Terkaba

PUISI

Menunggu Kabar Yang Terkabar
Puisi Sufi Syair Dua

PUISI

Puisi Sufi Syair Dua
Apakah Engkau Dewi Untuk Ku

PUISI

Apakah Engkau Dewi Untuk Ku
Puisi wiji Thukul Jalan Slamet Riyadi Solo

PUISI

Puisi wiji Thukul Jalan Slamet Riyadi Solo