Home / PUISI

Rabu, 4 Januari 2023 - 20:25 WIB

Puisi WS Rendra Makna Sebuah Titipan

Gambar merupakan Ilustrasi yang diambil dari Canva.com.

Gambar merupakan Ilustrasi yang diambil dari Canva.com.

Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.
ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku inglebih banyak harta,
inglebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiski1
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajberibadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.
ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.
Media Pena Pencerah
Cuma di PT. Media Pena Pencerah yang bisa kasih terbit buku gratis tanpa ada syarat dan ketentuannya. Oleh karena itu, tunggu apa lagi terbitkan karyamu.

Share :

Baca Juga

Puisi Kahlil Gibran Dari The Forerunner

PUISI

Puisi Kahlil Gibran Dari The Forerunner
Kita Perna Saling Dekat Dan Menjauh

PUISI

Kita Perna Saling Dekat Dan Menjauh
Matahari

PUISI

Rindu Yang Terkengkah Oleh Waktu
Kopi

PUISI

Tuhan Lebih Mengerti Seluk-Beluknya
Harus Bagaimana Tak Memiliki Mawar

PUISI

Harus Bagaimana Tak Memiliki Mawar
Butiran Langit Yang Turun

PUISI

Butiran Langit Yang Turun
Puisi Jalaluddin Rumi Pukulan dari Langit

PUISI

Puisi Jalaluddin Rumi Pukulan dari Langit
Puisi W.S. Rendra Maskumambang

PUISI

Puisi W.S. Rendra Maskumambang